


KOMPAS.com - Minat terhadap emas terus meningkat. Dengan ketidakpastian ekonomi, ancaman tarif baru, gejolak politik global, dan kekhawatiran akan naiknya inflasi, banyak oarang yang mencari safe haven, yaitu investasi yang dapat melindungi kekayaan mereka di tengah pasar yang terus berubah.
Namun, berapa banyak emas yang sebaiknya Anda beli untuk mencapai tujuan keamanan dan perlindungan itu?
Haruskah Anda berinvestasi sekaligus atau secara bertahap setiap tahun?
Meskipun jumlah pastinya bergantung pada tujuan dan tingkat toleransi risiko pribadi Anda, ada beberapa panduan umum yang bisa diikuti.
Berikut ini pandangan para ahli tentang seberapa banyak emas yang sebaiknya Anda miliki.
Berapa banyak emas yang sebaiknya saya beli setiap tahun?
Mulailah dari tingkat toleransi risiko Anda. Pikirkan seberapa besar Anda enggan mengambil risiko.
Jika Anda khawatir terhadap penurunan pasar yang besar dan ingin sangat berhati-hati, membeli lebih banyak emas bisa menjadi pilihan. Jika bersedia mengambil lebih banyak risiko di bagian lain portofolio, Anda bisa membeli lebih sedikit.
“Pegang sekitar 5 persen jika Anda lebih fokus pada pertumbuhan. Sekitar 20 persen jika Anda cenderung lebih konservatif atau pasar sedang sangat volatil,” kata Steve Wilbourn, penasihat keuangan di True North Advisors.
Banyak ahli menyarankan porsi ideal emas dalam portofolio adalah antara 5 persen hingga 10 persen dari total nilai aset. Angka ini bukan berarti membeli 5 persen hingga 10 persen setiap tahun, melainkan total keseluruhan dalam portofolio.
“Tanyakan pada diri Anda: Apakah Anda tetap ingin mengalokasikan lebih dari 5 persen dari total aset ke emas jika harganya tidak sedang naik seperti beberapa bulan terakhir?” tanya Steven Conners, pendiri dan presiden Conners Wealth Management.
“Jika jawabannya ya, mungkin Anda cocok memiliki alokasi yang lebih tinggi,” tambah dia.
Namun, berhati-hatilah agar tidak terlalu banyak berinvestasi dalam emas. Logam mulia ini bisa sulit disimpan, dikenakan pajak dan biaya (termasuk asuransi), serta bisa menimbulkan masalah lain.
“Alokasi yang jauh melebihi 10 persen bisa mengurangi manfaat diversifikasi karena emas tidak menghasilkan arus kas. Bobot besar justru bisa menghambat pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan opportunity cost,” jelas Stephan Shipe, penasihat investasi berbasis flat-fee dari Scholar Financial Advising.
“Posisi besar juga bisa menimbulkan masalah likuiditas, penyimpanan, dan asuransi,” tambahnya.

Pantau pasar
Para ahli menyarankan membeli emas secara bertahap, dalam periode setahun atau beberapa tahun.
“Harga emas bisa sangat fluktuatif, jadi membeli terlalu banyak sekaligus berisiko Anda membeli di harga puncak,” sebut Shipe.